Minggu, 20 November 2011

Makalah Teori Belajar Bahasa


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang Masalah
Manusia berinteraksi dengan cara menggunakan komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal, bacaan dan tanda ataupun simbol. Manusia berkomunikasi lewat bahasa  memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Berbahasa erat kaitannya dengan berbicara. Karena itu kemampuan bicara berperan penting dalam menentukan optimal atau tidaknya perkembangan anak. Untuk itu penulis memberikan judul makalah ini “Perkembangan Bahasa Anak Usia 0-5 Tahun”

1.2.       Rumusan Masalah
a.         Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan bahasa seorang anak usia 0-5 tahun?
b.      Apa yang termasuk komponen dalam pemerolehan bahasa anak?
c.       Apa penyebab anak mengalami keterlambatan anak berbicara?

1.3.       Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui perkembangan bahasa seorang anak usia 0-5 tahun
b.      Untuk mengetahui komponen dalam pemerolehan bahasa anak
c.       Untuk mengetahui penyebab keterlambatan anak berbicara

1.4.        Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pelajaran kepada kita agar lebih memperhatikan perkembangan bahasa seorang anak, khususnya dalam masa balita.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1.    Tahapan-tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia 0-5 Tahun
Adapun tahapan-tahapan kemampuan berbahasa seorang anak yaitu :
1.    Usia 0-3 minggu(Reflexsive Vocalitation)
Pada usia ini bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih berupa reflek. Bayi menagis bukan karena bayi ingin menangis, melainkan hal tersebut dilakukan tanpa disadari.
2.    Usia lebih dari 3 minggu (Babling)
Pada usia lebih dari 3 minggu, saat bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Tangisan yang dikeluarkan sesuai dengan keinginan atau perasaan bayi.
3.    Usia 2-3 bulan
Bayi mulai merespon dengan cara memperhatikan dan mendengarkan orang yang sedang berbicara.
4.    Usia 4-5 bulan
Menoleh atau mencari orang yang namanya dipanggil.
5.    Usia 6-9 bulan
Mengerti jika namanya disebut. Dalam usia ini si kecil juga sudah mulai mengerti kata “jangan”.
6.    Usia 10-12 bulan(Echolalia)
Dalam tahap ini bayi mulai meniru suara-suara yang didengar dari lingkungannya, menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu, serta mengerti perintah sederhana. Misalnya mengucapkan kata “papa atau mama”. “Ayo berikan kepada saya”.
7.    Usia 13-15 bulan
Bayi sudah bisa menguasai 4-7 kata, 20% bicara sudah mulai bisa dimengerti oleh orang lain.
8.    Usia 16-18 bulan(True Speech)
Bayi sudah bisa menguasai 10 kata. 25% apa yang dibicarakan sudah dapat dimengerti oleh orang lain. Dalam usia 18 bulan biasanya sudah disebut balita.
9.    Usia 22-24 bulan
Pembendaharaan 50 kata, kalimat 2 kata, 75% sudah dapat dimengerti oleh orang lain.
10.     Usia 2-2,5 tahun
Pembendaharaan >400 kata, termasuk nama, kalimat 2-3 kata, mengerti 2 kalimat sederhana sekaligus. Misalnya “Adik, habis makan obatnya diminum ya dan jangan lupa membaca do’a dulu”.
11.     Usia 3-4 tahun
Sudah bisa mengucapkan kalimat 3-6 kata, bertanya, bercerita apa yang berhubungan dengan pengalaman dan hampir semua yang di ucapkan sudah dapat dimengerti orang lain.
12.     Usia 5 tahun
Sudah bisa menguasai kalimat dengan 6-8 kata, menyebutkan 4 warna dan berhitung dari 1-10
Sedangkan menurut Lundsteen, perkembangan bahasa dalam 3 tahap, yaitu :
1.      Tahap Pralinguistik
v  Pada usia 0-3 bulan, bunyinya berasal dari tenggorok
v  Pada usia 3-12 bulan, lebih banyak memakai bibir dan langit-langit. Misalnya “ma, da, ba”.
2.      Tahap Protolinguistik
Pada usia 12-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300 kata)
3.      Tahap Lingustik
Pada usia 2-6 tahun lebih, dalam tahap ini mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 kata.

2.2.    Komponen Pemerolehan Bahasa Anak
Pengembangan bahasa pada anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut komponen-komponennya, diantaranya :
a.       Perkembangan Pragmatik
Perkembangan komunikasi sudah dimulainsejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain, sehingga bayi akan menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya.
v  Pada usia 3 minggu, bayi mulai tersenyum ketika ada rangsangan dari luar. Misalnya dengan tatapan mata, suara, dan gelitikan.
v  Pada usia 12 minggu, mulai bisa melakukan dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya memberi tanggapan.
v  Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.
v  Pada usia 5 bulan, bayi mulai bisa meniru gerak-gerik orang, serta mempelajari ekspresi wajah.
v  Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik pada benda-benda sehingga akan terjadi komunikasi antara ibu, bayi dan benda-benda.
v  Pada usia 7-12 bulan, anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi yang mulai konsisten.
v  Pada usia 18 bulan, gerak-gerik lebih menonjoldengan penggunaan satu suku kata.
v  Pada usia 2 tahun, anak memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat dua kata, bereaksi dengan pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai belajar memelihara alur percakapan dan menangkap persepsi pendengar. Perilaku ibu dan fasilitatif akan membantu anaknya dalam memperkenalkan topik baru.
v  Pada usia 3 tahun keatas, anak mulai berdialog lebih lama sampai beberapa kali giliran. Anak mulai mampu mempertahankan topik selanjutnya mulai membuat topik baru. Hampir 50 persen anak 5 tahun dapat mempertahankan topik mulai 12 kali giliran.
b.      Perkembangan Semantik
Faktor lingkungan berperan terhadap semantik. Pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Pemerolehan konsep berkembang sangat pesat pada masa prasekolah, terutama dari teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan lima kata perhari di usiaa 1,5 sampai 6 tahun.
Anak prasekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, untuk apa, dengan apa, tapi biasanya belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orangtuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat dan beberapa jaringan semantik akan terbentuk. 
c.       Perkembangan Sintaksis
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun.Kalimat satu kata bisa ditafsirkan dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan kalimat dari satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Perkembangan perolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
d.      Perkembangan Morfologi
Perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam morfem. Mean length of utterance (MLU) adalah alat untuk memprediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan Bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia.
e.       Perkembangan Fonologi
Perkembangan fonologi melaluin proses yang panjang. Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuan menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia prasekolah, anak tidak hanya menerima sistem  fonetik dan fonologi, tetapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses kontruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan.
2.3.    Penyebab Keterlambatan Anak Berbicara
a.       Faktor genetik atau keturunan
b.      Anak-anak yang diasuh orangtua atau pengasuh yang pendiam
c.       Anak-anak yang dimanja sehingga tanpa bicara pun sudah mendapatkan keinginannya. Misalnya dengan cara menunjuk apa yang diinginkan
d.      Otot bicara kurang terlatih karena seperti diketahui organ untuk bicara dan organ untuk makan tidak sama
e.       Adanya gangguan perkembangan jiwa, seperti autisme, mental retardation dan sebagainya
f.       Adanya keterbatasan fisik. Misalnya bibir sumbing dan sebagainya



BAB III
PENUTUP


3.1.       Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      tahapan-tahapan kemampuan berbahasa seorang anak yaitu :
v  Usia 0-3 minggu (Reflexsive Vocalitation)
v  Usia lebih dari 3 minggu (Babling)
v  Usia 2-3 bulan
v  Usia 4-5 bulan
v  Usia 6-9 bulan
v  Usia 10-12 bulan (Echolalia)
v  Usia 13-15 bulan
v  Usia 16-18 bulan (True Speech)
v  Usia 22-24 bulan
v  Usia 2-2,5 tahun
v  Usia 3-4 tahun
v  Usia 5 tahun
2.       Pengembangan bahasa pada anak menurut komponen-komponennya
v  Perkembangan Morfologi
v  Perkembangan Sintaksis
v  Perkembangan Semantik
v  Perkembangan Pragmatik
3.      Penyebab keterlambatan anak berbicara
v  Faktor genetik atau keturunan
v  Anak yang diasuh orangtua atau pengasuh yang pendiam
v  Anak-anak yang dimanja
v  0tot bicara kurang terlatih
v  Adanya keterbatasan fisik.

3.2.       Saran
Orangtua mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Untuk itu sudah selayaknya orangtua memberikan stimulus positif sebanyak mungkin, agar anak senantiasa ingin mengetahui segala hal dan mencoba sesuatu yang baru.

Makalah Psikolinguistik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan pemerolehan bahasa oleh manusia. Psikolinguistik dan pengajaran bahasa memang tidak dapat dipisahkan, karena fokus pada tumpuan psikolinguistik adalah pemerolehan bahasa, di samping pembelajaran bahasa dan pengajaran bahasa. Untuk itu psikolinguistik tidak bisa dipisahkan dengan pembelajaran bahasa
Anak dan televisi merupakan dua komponen yang susah dipisahkan. Mereka adalah perpaduan yang sangat kuat. Tanpa disadari tontonan televisi dapat mempengaruhi perilaku perkembangan anak. Untuk itu penulis memberikan judul makalah ini dengan“Dampak Televisi terhadap Perkembangan Perilaku Anak”

1.2.       Rumusan Masalah
a.       Apa hubungannya menonton televisi dengan perkembangan perilaku anak usia 5-10 tahun?
b.      Adakah dampak positif dari menonton televisi?
c.       Upaya apa yang seharusnya dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif televisi?

1.3.       Tujuan Penelitian
a.         Untuk mengetahui hubungan menonton televisi terhadap perkembangan perilaku anak
b.        Untuk mengetahui dampak positif dari menonton televisi
c.         Untuk mengetahui upaya yang seharusnya dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif televisi.
1.4.       Manfaat Penelitian
Penulis berharap agar orangtua lebih bijak dalam mengawasi perkembangan perilaku anak agar tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif sebagai dampak dari kemajuan tekhnologi

BAB II
PEMBAHASAN


2.1.    Hubungan Menonton Televisi terhadap Perkembangan Perilaku Anak Usia 5-10 Tahun
Televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasi secara cepat. Berbagai acara yang ditampilkan dapat membius pemirsanya. Tanpa disadari tayangan televisi dapat mengubah perilaku anak sedikit demi sedikit.
Anak usia 5-10 lebih mudah terpengaruh dengan tayangan-tayangan televisi, bagi mereka apa yang ia lihat di televisi merupakan kenyataan yang sebenarnya, hal ini di sebabkan anak kecil belum bisa membedakan dunia yang ia lihat di televisi dengan kenyataan yang sebenarnya.Televisi juga dapat memperlambat kemampuan anak untuk bertutur karena cenderung menjiplak begitu saja kata-kata yang terucap dari adegan tayangan televisi. Selain itu televisi tidak memberi peluang anak untuk berfikir, menjadikan anak kurang kreatif karena hanya sedikit memberikan ruang untuk mengembangkan imaginasi. Dampak yang paling buruk adalah bisa membuat anak mengalami gangguan berkosentrasi, mengurangi kemampuan menghitung anak dan memperburuk hubungan anak dengan orangtua.

2.2.    Dampak Positif dari Menonton Televisi
Selain dampak negatif, televisi juga mempunyai dampak positif, antara lain :
a.       Rekreatif
Yang dimaksud rekreatif adalah televisi dapat memberikan hiburan yang sehat kepada pemirsanya.
b.      Educatif
Televisi dapat memberikan banyak pengetahuan kepada pemirsanya melalui tayangan-tayangan yang di tampilkan.
c.       Informatif
Televisi dapat menyebarkan media secara cepat. Dengan adanya televisi manusia memperoleh kesempatan untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi didaerah lain.

2.3. Upaya yang Harus dilakukan untuk Meminimalisasi Dampak Negatif Televisi
Ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif media televisi terhadap perkembangan anak, khususnya yang harus diperhatikan orangtua adalah :
a.       Orangtua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, serta perhatikan dan analisa apakah acara tersebut sesuai untuk anak-anak atau tidak.
b.      Orangtua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol.
c.       Orangtua harus mengetahui acara faforit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya acara tersebut di tonton, ajak anak memahami karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif
d.      Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak.
e.       Ajak anak untuk melakukan banyak aktivitas selain menonton televisi.
f.       Ajari anak untuk memperbanyak membaca buku yang bermanfaat
g.      Orangtua harus membekali anak dengan pendidikan agama di luar jam sekolah.




BAB III
PENUTUP


3.1.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.         Anak usia 5-10 lebih banyak terpengaruh oleh dampak dari televisi. Dampak yang paling buruk adalah bisa membuat anak mengalami gangguan berkosentrasi, mengurangi kemampuan menghitung anak dan memperburuk hubungan anak dengan orangtua.
b.        Selain dampak negatif, televisi juga mempunyai dampak positif, antara lain, rekreatif, educatif dan informatif.
c.         Ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif media televisi terhadap perkembangan anak, khususnya yang harus diperhatikan orangtua.

3.2.    Saran
Untuk meminimalisasi dampak negatif dari acara televisi, sebaiknya orangtua mendampingi secara aktif selama anak menonton televisi. Pilihkan program yang sesuai dengan usia anak. Selain itu, coba tanyakan pada anak film atau acara apa yang paling disukai sehingga orangtua bisa mempertimbangkan apakah film tersebut pantas atau tidak untuk ditonton oleh anak. Lebih baik lagi, bacakan buku untuk melatih percakapan anak secara langsung untuk membantu memperbaiki kemampuan bercakap anak.